Ketika aku harus terbaring di sini
Di bawah lampu 40 watt kamarku
Merenungi waktu
Mengantarkanku dalam koma
Sejenak beristirahat dari riuh kehidupan
Ketika aku harus diam sendiri
Mendengarkan lagu klasik
Hiburan hati di balik terali
Sedang asa rebah tanpa daya
Ketika sadarku merasuki kalbu
Hamba yang tanpa daya
Menerima sejarah tertulis
Memerankan lakon duka
Lara…..dan..sengsara
Tapi,
Aku bersyukur, Tuhan
Dalam sakit ini
Aku dengar kembali langkah kehidupan
Mengerti urgensi gerak
Memahami esensi detak
Menyadari eksistensi detik
Mengetahui siapa diri
Dalam sakit, 20 Nov 2000
Monday, November 20, 2000
Wednesday, November 15, 2000
Beri Dia Jawaban
Bocah itu masih bertanya,
Mengapa pagi ini sepi
Mobil-mobil masih di garasi
Orang-orang bersembunyi
Dan rumah-rumah dikunci?
Bocah itu masih bertanya,
Mengapa ia tak boleh keluar
Bermain bersama di halaman
Berlatih drama di sanggar
Dan mengaji Qur'an di langgar?
Bocah itu masih bertanya,
Mengapa sekolah tutup
Kantor-kantor libur
Dan para pegawai cuti?
Bocah itu masih bertanya,
Mengapa ada bunyi menggelegar
Padahal tak ada kilat menyambar
Kemudian bau mesiu menyebar?
Bocah itu masih bertanya,
Mengapa batu-batu dilempar
Pemuda-pemuda dihajar
gedung-gedung dibakar
Dan mayat-mayat terkapar?
Bocah itu masih bertanya,
Mengapa Ahmad, Hamid, Mahmud ditangkap
As'ad, Said, dan Mas'ud tidak kembali
Dan Husain ada dalam peti?
Bocah itu masih bertanya,
Mengapa ayahnya disiksa
Ibunya dianiaya
Dan ukhtinya diperkosa?
Bocah itu masih bertanya,
Apakah ini yang namanya perang?
Ataukah pertarungan yang tak seimbang?
Dan banyak nyawa melayang?
Bocah itu masih bertanya,
Dan tak ada jawabnya
Hingga peluru merobek dadanya!
Kata Mia, medio Oktober 2000
Mengapa pagi ini sepi
Mobil-mobil masih di garasi
Orang-orang bersembunyi
Dan rumah-rumah dikunci?
Bocah itu masih bertanya,
Mengapa ia tak boleh keluar
Bermain bersama di halaman
Berlatih drama di sanggar
Dan mengaji Qur'an di langgar?
Bocah itu masih bertanya,
Mengapa sekolah tutup
Kantor-kantor libur
Dan para pegawai cuti?
Bocah itu masih bertanya,
Mengapa ada bunyi menggelegar
Padahal tak ada kilat menyambar
Kemudian bau mesiu menyebar?
Bocah itu masih bertanya,
Mengapa batu-batu dilempar
Pemuda-pemuda dihajar
gedung-gedung dibakar
Dan mayat-mayat terkapar?
Bocah itu masih bertanya,
Mengapa Ahmad, Hamid, Mahmud ditangkap
As'ad, Said, dan Mas'ud tidak kembali
Dan Husain ada dalam peti?
Bocah itu masih bertanya,
Mengapa ayahnya disiksa
Ibunya dianiaya
Dan ukhtinya diperkosa?
Bocah itu masih bertanya,
Apakah ini yang namanya perang?
Ataukah pertarungan yang tak seimbang?
Dan banyak nyawa melayang?
Bocah itu masih bertanya,
Dan tak ada jawabnya
Hingga peluru merobek dadanya!
Kata Mia, medio Oktober 2000
Monday, November 13, 2000
Sepotong Roti (Doa Ratapan Anak Palestina)
Saat ini ya Allah....
Hamba ingin menangis di hadapanMu
Tapi air mata beku
Bersama luka-luka tentaraMu
Hamba ingin bercakap denganMu
Tapi kata-kata pergi,
Di antara caci maki
Yang terlontar pada musuh-musuhMu
Hamba ingin membaca surat-suratMu
Tapi mata ini kaku
Membidik nasib tanah suciMu
Hamba ingin menyebut namaMu
Tapi lisan ini kelu
Seakan tersumbat seribu batu
Hamba ingin merangkulMu
Tapi tangan ini sibuk mencari batu
Tuk membalas buah peluru
Saat ini ya Allah....
Hamba ingin sepotong roti,
Mereka beri kawat berduri
Hamba ingin seteguk air
Yang ada setumpuk darah cair
Hamba ingin berjabat tangan,
Mereka balas dengan senapan
Hamba ingin sebuah senyuman,
Yang ada hanya ejekan
Hamba inginkan kedamaian,
Mereka lemparkan tali permusuhan
Hamba ingin melihat taman keindahan,
Tapi yang tampak hanya ladang pembantaian
Hamba ingin siraman rahmat,
Bukan hujan granat!
Hamba ingin tempat sholat,
Bukan tumpukan mayat!
Hamba ingin manjalin kerabat,
Bukan gerombolan penjahat!
Saat ini ya Allah....
Hamba ingin hati terpadu
Merangkai harapan penuh ridloMu
Bersama raga membuka lembar baru
Hamba ingin tekad bersatu
Membangun tembok-tembok batu
Tegar, menghadang langkah-langkah serdadu
Saat ini ya Allah.....
Hamba ingin Ibrahim kembali
Membawa manusia-manusia samawi
Menata lagi Al-Quds yang suci
Hamba ingin Sholahuddin tidak pergi
Tinggal bersama di sini
Membangun kepercayaan diri
Hamba ingin.....ya Allah!
(Ana uridu, Anta turidu lakinna Allaha fa'alun limaa yuridu)
Cairo, 13 oktober 2000
Hamba ingin menangis di hadapanMu
Tapi air mata beku
Bersama luka-luka tentaraMu
Hamba ingin bercakap denganMu
Tapi kata-kata pergi,
Di antara caci maki
Yang terlontar pada musuh-musuhMu
Hamba ingin membaca surat-suratMu
Tapi mata ini kaku
Membidik nasib tanah suciMu
Hamba ingin menyebut namaMu
Tapi lisan ini kelu
Seakan tersumbat seribu batu
Hamba ingin merangkulMu
Tapi tangan ini sibuk mencari batu
Tuk membalas buah peluru
Saat ini ya Allah....
Hamba ingin sepotong roti,
Mereka beri kawat berduri
Hamba ingin seteguk air
Yang ada setumpuk darah cair
Hamba ingin berjabat tangan,
Mereka balas dengan senapan
Hamba ingin sebuah senyuman,
Yang ada hanya ejekan
Hamba inginkan kedamaian,
Mereka lemparkan tali permusuhan
Hamba ingin melihat taman keindahan,
Tapi yang tampak hanya ladang pembantaian
Hamba ingin siraman rahmat,
Bukan hujan granat!
Hamba ingin tempat sholat,
Bukan tumpukan mayat!
Hamba ingin manjalin kerabat,
Bukan gerombolan penjahat!
Saat ini ya Allah....
Hamba ingin hati terpadu
Merangkai harapan penuh ridloMu
Bersama raga membuka lembar baru
Hamba ingin tekad bersatu
Membangun tembok-tembok batu
Tegar, menghadang langkah-langkah serdadu
Saat ini ya Allah.....
Hamba ingin Ibrahim kembali
Membawa manusia-manusia samawi
Menata lagi Al-Quds yang suci
Hamba ingin Sholahuddin tidak pergi
Tinggal bersama di sini
Membangun kepercayaan diri
Hamba ingin.....ya Allah!
(Ana uridu, Anta turidu lakinna Allaha fa'alun limaa yuridu)
Cairo, 13 oktober 2000
Wednesday, November 8, 2000
KRITIK ISA
Manusia-manusia ego menjadi raja,
Raja nafsu
Ajaran-ajaran Haikal menjadi belenggu
Mengelang gerak peradaban
Menghimpit suara kebenaran
Menghapus lukiisan-lukisan tuhan
Aku, sang nabi
Datang membawa setumpuk kepastian
Merangkul kaum-kaum batu
Mengajarkan mereka arti kejujuran
Menata keyakinan tentang Tuhan
Aku, sang Rasul
Muncul dengan setumpuk ajaran
Menyinari nurani kegelapan
Menyusuri nalar kemunafikan
Mengajari mereka bermain logika
Menemani mereka, mengfungsikan kepala!
Tidakkah cukup masa tiga tahun?
Masikkah serakah zaman menerima wejangan?
Tidakkah terketuk hati mereka,
Ketika aku bicara…
Padahal aku adalah bayi tanpa daya?
Tidakkah kamu berpikir ketika aku hidupkan mayat-mayat?
Tidakkah engkau melihat ketika aku sembuhkan orang-orang buta?
Masihkah kurang tanda-tanda!?
Aku, si anak Tuhan
Aku, si penebus dosa
Aku, yang tersalib
Menebus kesalahan-kesalahan zaman
Biarkan aku bertanya…
Mengapa engkau salib tubuhku,
Lalu engkau sembah?
Mengapa engkau timpakan padaku,
Dosa-dosa kehidupan?
Mengapa engkau hinakan aku,
Lalu engkau tuhankan?
Mengapa…….??
Jawablah! Karena engkau masih punya akal!!
Katameya, 0811200
Raja nafsu
Ajaran-ajaran Haikal menjadi belenggu
Mengelang gerak peradaban
Menghimpit suara kebenaran
Menghapus lukiisan-lukisan tuhan
Aku, sang nabi
Datang membawa setumpuk kepastian
Merangkul kaum-kaum batu
Mengajarkan mereka arti kejujuran
Menata keyakinan tentang Tuhan
Aku, sang Rasul
Muncul dengan setumpuk ajaran
Menyinari nurani kegelapan
Menyusuri nalar kemunafikan
Mengajari mereka bermain logika
Menemani mereka, mengfungsikan kepala!
Tidakkah cukup masa tiga tahun?
Masikkah serakah zaman menerima wejangan?
Tidakkah terketuk hati mereka,
Ketika aku bicara…
Padahal aku adalah bayi tanpa daya?
Tidakkah kamu berpikir ketika aku hidupkan mayat-mayat?
Tidakkah engkau melihat ketika aku sembuhkan orang-orang buta?
Masihkah kurang tanda-tanda!?
Aku, si anak Tuhan
Aku, si penebus dosa
Aku, yang tersalib
Menebus kesalahan-kesalahan zaman
Biarkan aku bertanya…
Mengapa engkau salib tubuhku,
Lalu engkau sembah?
Mengapa engkau timpakan padaku,
Dosa-dosa kehidupan?
Mengapa engkau hinakan aku,
Lalu engkau tuhankan?
Mengapa…….??
Jawablah! Karena engkau masih punya akal!!
Katameya, 0811200
Subscribe to:
Posts (Atom)