Kata-kata yang kukirim bersama angin
Jangan engkau lukis dalam batu granit
Gemanya jangan kau rekam
Dalam piringan hitam
Ku mohon
Kata-kataku yang kau dengar lewat bisikan udara
Jangan pernah menembus bumi
Jangan sampai membelah air
Biarkan ia melaju bersama anak panah
Hilang dalam luas ruang hati
Kata-kataku yang kukirim lewat indramu
Bukan peluru yang membunuh
Bukan cakar yang mencabik
Bukan taring yang menggigit
Bukan pula apa-apa
Ia hanyalah padang rumput!
Dan kau tanam buah prasangka
Di dalamnya
Maafkan aku….
Karena tamanku tak berpagar
Mesir, 19012001
Saturday, January 20, 2001
Friday, January 19, 2001
Belati Wajah
Aku sumbat pori-pori tubuhku
Tak ingin udara pesonamu merasuk
Karena aku tahu
Kulitku sensitif
Aku tutup telingaku
Menangkal getar suaramu masuk
Aku sadar
Suaramu bagai halilintar
Aku pejamkan mataku
Hindari silau tatapmu
Aku paham
Engkau adalah matahari
Jangan engkau potong asaku
Dengan belati wajahmu
cairo. xix i mmi
Tak ingin udara pesonamu merasuk
Karena aku tahu
Kulitku sensitif
Aku tutup telingaku
Menangkal getar suaramu masuk
Aku sadar
Suaramu bagai halilintar
Aku pejamkan mataku
Hindari silau tatapmu
Aku paham
Engkau adalah matahari
Jangan engkau potong asaku
Dengan belati wajahmu
cairo. xix i mmi
Sunday, January 7, 2001
Relief Kerinduan
Kudengar suaramu dalam mimpi
Memanggil
Bergetar nada bicaramu
Sepotong-potong terlontar sendu
samar kutangkap arti
Serak-serak parau melukis
Irama sapa menggurat batu
Ada relief-relief kerinduan
Ada rona kepiluan
Ada cakrawala kesedihan
Kulihat jelas dan samar
Aku coba meraih puncak makna
Saat dunia memisah maya
Merenung; kenapa?
Engkau datang dalm mimpi siang-siang
Kutebar jaring-jaring tanya
Pada dingding
pada pintu
Pada meja
Pada atap
hingga lantai yang kupijak
Dan jawabnya hanya satu
Tersimpul sendiri
Dalam lembar akhir hari ini
Benarkah?
Kugantungkan tanya dalam pikir
Dan berlari mengejar ilusi
Berharap mimpi itu kembali...
Cairo, 07 Januari 2001
Memanggil
Bergetar nada bicaramu
Sepotong-potong terlontar sendu
samar kutangkap arti
Serak-serak parau melukis
Irama sapa menggurat batu
Ada relief-relief kerinduan
Ada rona kepiluan
Ada cakrawala kesedihan
Kulihat jelas dan samar
Aku coba meraih puncak makna
Saat dunia memisah maya
Merenung; kenapa?
Engkau datang dalm mimpi siang-siang
Kutebar jaring-jaring tanya
Pada dingding
pada pintu
Pada meja
Pada atap
hingga lantai yang kupijak
Dan jawabnya hanya satu
Tersimpul sendiri
Dalam lembar akhir hari ini
Benarkah?
Kugantungkan tanya dalam pikir
Dan berlari mengejar ilusi
Berharap mimpi itu kembali...
Cairo, 07 Januari 2001
Subscribe to:
Posts (Atom)