Jika ku tahu begitu dalamnya samudra
Takkan pernah aku berlayar
Jika ku tahu begitu luasnya angkasa
Takkan pernah aku mengudara
Jika ku tahu begitu indahnya cinta
Takkan pernah ku pergi darinya
Mh. Nasr 30/04/2001
Monday, April 30, 2001
Tuesday, April 17, 2001
Bukan Aku: Sebuah Apologi Palsu
Bukan aku yang datang ke rumahmu malam itu
Mengobrak-abrik isi kamarmu
Membakar kertas kerjamu
Menendang CPU, layar dan printermu
Menghajar tubuh gagahmu
Dan membantai keluargamu
Bukan aku yang menenmbaki teman-temanmu malam itu
Hanya karena tidak sejalan
Menatap curiga di setiap langkahku
Menghalangi proyek besarku
Bukan aku yang mengusir tetangga-tetangamu
Mereka saja yang tak betah di sini
Hidup harmoni bersama
Mendengar musik kesukaanku
Menari ikuti gerqk baletku
Bukan aku yang menghancurkan gedung-gedung itu
Menjadikannya puing-puing
Menelan isinya dalam bumi
Memaksa burung walet pergi
Bukan aku yang melanggar janji itu
Hanya engkau yang tak mau mengerti d
Dan semua jadi beggini
Bukan aku yang melakukan semua itu
Bukan aku yang kau tuduh itu
Aku hanya boneka
Bergerak ke mana ia suka
New Cairo 17/04/2001
Mengobrak-abrik isi kamarmu
Membakar kertas kerjamu
Menendang CPU, layar dan printermu
Menghajar tubuh gagahmu
Dan membantai keluargamu
Bukan aku yang menenmbaki teman-temanmu malam itu
Hanya karena tidak sejalan
Menatap curiga di setiap langkahku
Menghalangi proyek besarku
Bukan aku yang mengusir tetangga-tetangamu
Mereka saja yang tak betah di sini
Hidup harmoni bersama
Mendengar musik kesukaanku
Menari ikuti gerqk baletku
Bukan aku yang menghancurkan gedung-gedung itu
Menjadikannya puing-puing
Menelan isinya dalam bumi
Memaksa burung walet pergi
Bukan aku yang melanggar janji itu
Hanya engkau yang tak mau mengerti d
Dan semua jadi beggini
Bukan aku yang melakukan semua itu
Bukan aku yang kau tuduh itu
Aku hanya boneka
Bergerak ke mana ia suka
New Cairo 17/04/2001
Tuesday, April 10, 2001
1000 Bulan
Manusia-manusia putih bersalaman
Malam-malam jadi siang
Mulut-mulut jadi cerewet bukan kepalang
Butir-butir tasbih makin cepat berputar
Ya Rabb….
Kumpulkan seribu bulanMU
Dalam ruang malamku!
Katameeya
Malam-malam jadi siang
Mulut-mulut jadi cerewet bukan kepalang
Butir-butir tasbih makin cepat berputar
Ya Rabb….
Kumpulkan seribu bulanMU
Dalam ruang malamku!
Katameeya
Tuesday, April 3, 2001
Buron
:Tommy Soeharto
Pertama kali. Kulihat wajahnya di teve. Tersenyum manis. Berjalan di samping sang bapak. Di sebuah acara peresmian pabrik tempe. Gagah kulihat. Kesan pertama begitu menggoda.
Kedua kali, ku lihat fotonya di koran. Masih tersenyum manis. Menjawab pertanyaan wartawan. Membahas mobil barunya yang dapat banyak kemudahan.
Ketiga, kulihat ia sedih. Air matanya mengintip. Berduka muka. Ibundanya meninggal: meninggalkan keluarga, meninggalkan dunia, meninggalkan negara, meninggalkan luka, meninggalkan semuanya. Aku kasihan juga…
Keempat kulihat ia kesal. Tingkahnya tak bersahabat. Ia sering marah-marah.
Ayahnya jatuh. Oh, bukan. Dijatuhkan. Dilengserkan. Ia pun sering dibincangkan. Katanya, ia pernah curi ayam tetangga. Ada-ada saja.
Kelima kupergoki ia di antara kerumunan massa. Bersama mereka melempar kaca. Membakar roda-roda. Merobohkan tiang. Membakar mobil pula. Sejak bapaknya sakit, ia ikut-ikutan sakit juga. Ia pun ikut-ikutan demo. Ia tak suka orang lain tahu urusan pribadinya, padahal semua orang sudah terlajur tahu.
Kini, aku sudah tinggal di Kairo ketika ia dicari-cari polisi. Tertuduh menyimpan sesuatu. Aku tersenyum. Kukulum. Ia jadi buron? Mana mungkin! Ini pasti sebuah lakon…
Pertama kali. Kulihat wajahnya di teve. Tersenyum manis. Berjalan di samping sang bapak. Di sebuah acara peresmian pabrik tempe. Gagah kulihat. Kesan pertama begitu menggoda.
Kedua kali, ku lihat fotonya di koran. Masih tersenyum manis. Menjawab pertanyaan wartawan. Membahas mobil barunya yang dapat banyak kemudahan.
Ketiga, kulihat ia sedih. Air matanya mengintip. Berduka muka. Ibundanya meninggal: meninggalkan keluarga, meninggalkan dunia, meninggalkan negara, meninggalkan luka, meninggalkan semuanya. Aku kasihan juga…
Keempat kulihat ia kesal. Tingkahnya tak bersahabat. Ia sering marah-marah.
Ayahnya jatuh. Oh, bukan. Dijatuhkan. Dilengserkan. Ia pun sering dibincangkan. Katanya, ia pernah curi ayam tetangga. Ada-ada saja.
Kelima kupergoki ia di antara kerumunan massa. Bersama mereka melempar kaca. Membakar roda-roda. Merobohkan tiang. Membakar mobil pula. Sejak bapaknya sakit, ia ikut-ikutan sakit juga. Ia pun ikut-ikutan demo. Ia tak suka orang lain tahu urusan pribadinya, padahal semua orang sudah terlajur tahu.
Kini, aku sudah tinggal di Kairo ketika ia dicari-cari polisi. Tertuduh menyimpan sesuatu. Aku tersenyum. Kukulum. Ia jadi buron? Mana mungkin! Ini pasti sebuah lakon…
Subscribe to:
Posts (Atom)