kemarahannya meluap. ponsel warna perak mengkilat seharga enam juta itu baru saja menyapa kepalanya, telak. rambut pendek yang ia rapikan pagi tadi sedikit acak. ia mengindahkan ponsel yang memantul entah ke mana. secepat kilat tubuhnya melayang, menghentak. kakinya mendarat pada seonggok jasad tambun yang kemudian jatuh berdebam.
seketika udara di ruang itu beraroma darah. nafas tersengal marah. onggok daging 70 kilo itu berusaha bangkit, tapi sebelum tangan berarloji rolex seharga tiga juta itu kuat menyangga, sebelum kakinya tegak berdiri, kaki lelaki yang dilempar sepatu itu kembali menerjang. keras. meja pecah. kertas-kertas bertebaran. pena, pensil, penggaris, stabilo, stepler, jam meja dan vas bunga kecil berlarian di udara. lalu luruh di lantai, hampir bersamaan dengan tubuh gemuk yang berdebum.
"aku membencimu bukan karena tubuh gemukmu. bukan karena sepatu hitammu. atau jam rolexmu. aku membenci arogansimu!"
darah mengalir di sela rambut pendeknya. ia melangkah santai menuju pintu. membiarkan tubuh penuh daging itu tergolek tanpa daya. ia acuh dengan muka penuh amarah itu. tak ada kata-kata.
sambil menutup pintu pelan-pelan, ia melirik bingkai panjang di atas pintu bertuliskan "direktur utama".
-in.the.corner.of.our.faculty-
:1.12.2010
Tuesday, November 30, 2010
Sunday, November 28, 2010
sakralisasi
kata-kata menggelar makna
rambu demi rambu
hingga jalan kehati-hatian.
nalar menyekapnya dalam sangka
keinginan mendikte
dan lahirlah sabda
kepala jadi tumit
tangan tengadah
mulut komat-kamit
hati merendah
tiarap
ambisi menjelma pandita
memperbudak keinginan.
keinginan merampas keinginan
hingga tuan pun berlakon hamba
tamat
dalam prasangka suci
diri mati
tanpa bukti.
hanya sebuah peti
Wonocolo. 29.11.2010
rambu demi rambu
hingga jalan kehati-hatian.
nalar menyekapnya dalam sangka
keinginan mendikte
dan lahirlah sabda
kepala jadi tumit
tangan tengadah
mulut komat-kamit
hati merendah
tiarap
ambisi menjelma pandita
memperbudak keinginan.
keinginan merampas keinginan
hingga tuan pun berlakon hamba
tamat
dalam prasangka suci
diri mati
tanpa bukti.
hanya sebuah peti
Wonocolo. 29.11.2010
Wednesday, November 24, 2010
junk-food
daging remuk yang mereka suka, dibakar
dihimpit dinding-dinding roti
dilumuri cairan merah bersayur
wajah itu mengembang
bertumpuk-tumpuk senyum menabir pori-pori muka
dan mereka menjelma drakula
tangan bertaring gigi meruncing
seketika ruang gelap
hinggaplah riuh, suara-suara bergemuruh
kepanikan menari di setiap ruang yang dihinggapi daging
daging menjabat daging
meramu toksin
menyeret mereka ke jurang amnesia
obesitas!
zikir kebencian terlontar dari mulut
memantul di telinga
mengancam setiap senti tubuh mereka
zikir yang menunggu
mereka di jurang yang sama
amnesia untuk selamanya
Gayungan, 25.11.2010
dihimpit dinding-dinding roti
dilumuri cairan merah bersayur
wajah itu mengembang
bertumpuk-tumpuk senyum menabir pori-pori muka
dan mereka menjelma drakula
tangan bertaring gigi meruncing
seketika ruang gelap
hinggaplah riuh, suara-suara bergemuruh
kepanikan menari di setiap ruang yang dihinggapi daging
daging menjabat daging
meramu toksin
menyeret mereka ke jurang amnesia
obesitas!
zikir kebencian terlontar dari mulut
memantul di telinga
mengancam setiap senti tubuh mereka
zikir yang menunggu
mereka di jurang yang sama
amnesia untuk selamanya
Gayungan, 25.11.2010
Tuesday, November 23, 2010
di sini hujan, sayang
hujan deras. deras sekali. hatiku basah.
kau di sana menabuh pena.
duniaku roda dan aspal.
kau pasti sesak dengan soal.
hujan terus menghujam.
kini tak hanya hatiku.
wajah seribu bulan itu pun pasti basah.
kemarilah. di sinilah.
jiwa ini tempat teduhmu.
Pamekasan, 24.11.2010
kau di sana menabuh pena.
duniaku roda dan aspal.
kau pasti sesak dengan soal.
hujan terus menghujam.
kini tak hanya hatiku.
wajah seribu bulan itu pun pasti basah.
kemarilah. di sinilah.
jiwa ini tempat teduhmu.
Pamekasan, 24.11.2010
Monday, November 22, 2010
sia-sia
atenah pecca
tarebung apello minnyak
abeuh melateh, tapeh
mowanah atabur areng
petteng.
lebhet e budhih
aghelenon tade' sowarah
deddelih acopa celleng,
muwanah gerreng.
sapa se ngoras songai?
ojen.
dulih ngaop.
banjir deteng.
-terminalanyar-
tarebung apello minnyak
abeuh melateh, tapeh
mowanah atabur areng
petteng.
lebhet e budhih
aghelenon tade' sowarah
deddelih acopa celleng,
muwanah gerreng.
sapa se ngoras songai?
ojen.
dulih ngaop.
banjir deteng.
-terminalanyar-
Subscribe to:
Posts (Atom)