Tuesday, April 3, 2001

Buron

:Tommy Soeharto

Pertama kali. Kulihat wajahnya di teve. Tersenyum manis. Berjalan di samping sang bapak. Di sebuah acara peresmian pabrik tempe. Gagah kulihat. Kesan pertama begitu menggoda.

Kedua kali, ku lihat fotonya di koran. Masih tersenyum manis. Menjawab pertanyaan wartawan. Membahas mobil barunya yang dapat banyak kemudahan.

Ketiga, kulihat ia sedih. Air matanya mengintip. Berduka muka. Ibundanya meninggal: meninggalkan keluarga, meninggalkan dunia, meninggalkan negara, meninggalkan luka, meninggalkan semuanya. Aku kasihan juga…

Keempat kulihat ia kesal. Tingkahnya tak bersahabat. Ia sering marah-marah.
Ayahnya jatuh. Oh, bukan. Dijatuhkan. Dilengserkan. Ia pun sering dibincangkan. Katanya, ia pernah curi ayam tetangga. Ada-ada saja.

Kelima kupergoki ia di antara kerumunan massa. Bersama mereka melempar kaca. Membakar roda-roda. Merobohkan tiang. Membakar mobil pula. Sejak bapaknya sakit, ia ikut-ikutan sakit juga. Ia pun ikut-ikutan demo. Ia tak suka orang lain tahu urusan pribadinya, padahal semua orang sudah terlajur tahu.

Kini, aku sudah tinggal di Kairo ketika ia dicari-cari polisi. Tertuduh menyimpan sesuatu. Aku tersenyum. Kukulum. Ia jadi buron? Mana mungkin! Ini pasti sebuah lakon…

No comments:

Post a Comment