Tuesday, January 25, 2011

memorizing memory

setiap kali membicarakan masa kecil, serasa ada getaran-getaran aneh yang menyentuh hati dan menjalar ke seluruh sendi. mungkin ini yang disebut daya magis masa lalu. entah masa lalu itu bernama masa indah, masa suram, atau masa yang menyeramkan.

memang tak semua anak lahir di lingkungan yang diinginkan, dari keluarga yang dia suka, tapi hampir semua anak lahir dari ibu yang mencintainya. meski -mungkin- sebagian ibu tak menyukai "kelahiran" anaknya. sekali lagi "kelahiran", bukan "anak"-nya.

lalu, ketika seseorang sudah beranjak tua, ke manakah masa kecilnya? di manakah masa lalunya bersembunyi?

apa yang disebut dengan "nostalgia" menegaskan bahwa masa lalu tidak hilang. ia dilalui, dilewati, tetapi bisa dihadirkan kembali suatu waktu--melalui mimpi, memori, atau arsip-arsip buatan yang bisa diputar ulang kapan saja.

dulu, orang tua kita, karena keterbatasan teknologi-misalnya, mungkin tak sempat mengabadikan masa kecil kita secara visual. tak banyak foto atau video yang merekam. hanya cerita-cerita verbal dan kisah dari mulut ke mulut yang bisa kita dengarkan untuk menggambarkan kembali masa lalu. tapi itu tak bisa menghapus kemeriahan masa lalu. setiap cerita tentang masa lalu masih saja mampu membuat hati bergetar. seperti ada tarikan waktu magnetik yang menyedot sepenuh perhatian.

dan bukankah setiap orang memiliki masa lalu?

tapi mengapa sebagian orang mengutuk masa lalu? pertanyaan ini mudah sekali dijawab oleh mereka yang menjalani masa lalu sebagai masa suram, menyakitkan, menyeramkan, dan berbagai sifat buruk lainnya. bagi mereka, masa lalu adalah kesedihan. masa yang menyakitkan. lalu untuk apa menyimpan kesedihan? buat apa mengenang kesakitan?

mereka berusaha menjauh, melarikan diri, mengubur (atau apapun istilahnya) masa lalu. mereka lupa bahwa masa lalu takkan bisa dikubur. ia telah terjadi, dilewati, dialami, dan tetap ada hingga sekarang. buktinya, masa itu masih menjadi bayang-bayang masa kini mereka.

salah satu langkah yang baik untuk "menjauh" -jika merasa harus menjauh- dari masa lalu adalah menggeluti masa kini. waktu ibarat tabir-tabir kehidupan yang tumpang tindih dan saling menutupi. jika kita mengakrabi masa kini, masa lalu dengan sendirinya tersingkir. bila kita terus membayangi diri dengan masa lalu, masa kini akan tersisih. begitu seterusnya. barisan-barisan masa berlomba menjadi penguasa dalam diri kita, dan kita harus menjadi jawara untuk bisa mengaturnya.

so, don't forget the last, experience the present, and dream the future...!

4-1f4, 26.1.2011

No comments:

Post a Comment