Tuesday, November 30, 2010

bad ending

kemarahannya meluap. ponsel warna perak mengkilat seharga enam juta itu baru saja menyapa kepalanya, telak. rambut pendek yang ia rapikan pagi tadi sedikit acak. ia mengindahkan ponsel yang memantul entah ke mana. secepat kilat tubuhnya melayang, menghentak. kakinya mendarat pada seonggok jasad tambun yang kemudian jatuh berdebam.

seketika udara di ruang itu beraroma darah. nafas tersengal marah. onggok daging 70 kilo itu berusaha bangkit, tapi sebelum tangan berarloji rolex seharga tiga juta itu kuat menyangga, sebelum kakinya tegak berdiri, kaki lelaki yang dilempar sepatu itu kembali menerjang. keras. meja pecah. kertas-kertas bertebaran. pena, pensil, penggaris, stabilo, stepler, jam meja dan vas bunga kecil berlarian di udara. lalu luruh di lantai, hampir bersamaan dengan tubuh gemuk yang berdebum.

"aku membencimu bukan karena tubuh gemukmu. bukan karena sepatu hitammu. atau jam rolexmu. aku membenci arogansimu!"

darah mengalir di sela rambut pendeknya. ia melangkah santai menuju pintu. membiarkan tubuh penuh daging itu tergolek tanpa daya. ia acuh dengan muka penuh amarah itu. tak ada kata-kata.

sambil menutup pintu pelan-pelan, ia melirik bingkai panjang di atas pintu bertuliskan "direktur utama".

-in.the.corner.of.our.faculty-
:1.12.2010

No comments:

Post a Comment