Wednesday, July 13, 2011

aku melihatnya di bus kota

Aku mematung sendiri, sesaat, tak dapat berkata-kata. Angkot berwarna kuning itu telah berlalu beberapa waktu lalu, tetapi dua lembar kembalian seribu ini masih kupegang. Beberapa detik akal tiarap, seperti sekilas kematian, dan ketika tegak bayangan itu sudah menghilang. Di lintas arus yang berbeda, bus itu membawanya pergi.

“Apakah dia…?”

Sambil kaki ini melangkah menyusuri trotoar yang tak rapi, deratan pertanyaan terus menggelayuti pikiran. Mataku tak mungkin salah. Ini siang hari. Mendung tahu diri, membiarkan matahari pongah sendiri di atas sana. Cahaya tanpa tabir.

"Benarkah dia...?"

Kos masih sepi. Pohon Mangga itu menaungiku dari panas. Kami duduk di kursi besi berwarna hijau yang mungkin seusia adik bungsuku. Di depan temanku, yang baru pulang kerja, aku bercerita.

“Aku melihat diriku di bus kota. Baru saja…”

Ia tertawa terbahak-bahak, meletakkan koran yang ia baca, menatapku lekat-lekat, lalu tertawa lagi. Kali ini lebih keras. Aku tak tahan. Aku bangkit meninggalkannya, berlalu, sambil berkata pelan kepadanya. “Benar, kawan. Aku tidak bohong. Aku baru saja melihat diriku di sana. Di bus kota itu…”

Kini dia yang terdiam. Mungkin dia melihat dirinya sendiri, dalam diriku. Sekilas.

Ucul, 14.7.2011

1 comment:

  1. ya ... aku melihatnya ... melihat diriku di dirinya :D ...

    ReplyDelete